Tuesday, November 26, 2013

Laporan Keuangan Perusahaan Tbk. (Softskill)

PT BAKRIE & BROTHER Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN





Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibuat oleh pihak manajemen dengan  tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan.  Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan lain misalnya sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.


Rasio Likuiditas 
Posisi likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya seperti melunasi utangnya yang jatuh tempo dalam jangka pendek. 


Menghitung Rasio

1. Current Ratio

Current Ratio yaitu perbandingan jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar.

Rumus Current ratio = (aktivalancar / kewajibanlancar) x 100%


Tahun 2010 = ( 6.625.476.341/10.234.566.366) x 100% = 64,7% 




2. Quick Ratio atau Acid Test Ratio 

Quick Ratio adalah rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar.
Rumus Quick ratio = (aktivalancar – persediaan) / hutanglancar) x 100%
Tahun 2010 = (6.625.476.341-7.055.581) / 10.234.566.366) x 100% =  64,6%



3. Cash Ratio 
Cash Ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar.
Rumus Cash ratio = (kas / hutanglancar) x 100%
Tahun 2010 = (1.268.899.036/ 10.234.566.366) x 100%= 12%



4. Rasio Solvabilitas 
Menurut Riyanto (2004:32) pengertian dari rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansiilnya apabila sekiranya perusahaan tersebut akan dilikuidasikan.
Rumus Rasio Modal dengan Aktiva Tetap = (modal sendiri/ aktiva tetap) x100%
Tahun 2010 = (4.775.932.542/ 32.848.256.463) x100%= 14,5%


5. Rentabilitas

Perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba.
Rumus Operating Margin Ratio = (labausaha / penjualan)
Tahun 2010 = (508.763.944/211.054.867) =2,410



6. Net Margin  
Rumus Net Margin = (lababersih/ penjualan)
Tahun 2010 = (6.933.761.257/ 211.054.867) =32,852



7.  Rentabilitas Modal Sendiri 
Rumus Rentabilitas Modal Sendiri = (lababersih/modal sendiri)
Tahun 2010 = (6.933.761.257/211.054.867) = 32,852







Ref:
http://pratamabygalih.blogspot.com/2011/06/pengertian-cash-ratio.html
http://jarcomsys.wordpress.com/2009/10/28/analisis-rasio-keuangan/

Monday, November 4, 2013

Analisis Persaingan Bisnis Produk Shampoo PT Unilever Indonesia Tbk “sunsilk” dan PT P&G Indonesia ”pantene”. (Softskill)

Persaingan antara produk shampoo PT Unilever Indonesia Tbk “sunsilk” dan PT P&G Indonesia ”pantene”


Di jaman seperti ini kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan tubuh sangatlah meningkat, secara tidak langsung pengadaan dan pemakaian produk kebersihan tumbuh lebih tinggi . maka Salah satu produk yang sering dipakai untuk kebersihan adalah shampoo. Dimana shampoo bertujuan untuk merawat dan membersihkan kotoran pada rambut. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pemakaian produk shampoo maka semakin tinggi juga tingkat persaingan antara sesama produk shampoo Salah satunya adalah persaingan antara produk shampoo PT Unilever Indonesia Tbk. dan PT P&G Indonesia yang sangat sengit. Pada Unilever melempar empat merek shampoo, yaitu Sunsilk, Clear, Lifebuoy dan Dove. Hal yang sama juga dilakukan P&G, yaitu mengeluarkan merek Pantene, Rejoice, Head & Shoulders serta Herbal Essences. Maka, tak ayal lagi, pertempuran head-to-head dua musuh bebuyutan ini pun tak bisa dihindari. Dari kelayakan head-to-head, sebenarnya Sunsilk berpasangan dengan Pantene, Clear dengan Head & Shoulders, Lifebuoy dengan Rejoice, sementara Dove berhadapan dengan Herbal Essences. Namun, fakta di lapangan, yang terjadi malah persaingan multiple brands. Sering tidak jelas lagi siapa melawan siapa, bukan lagi sekadar merek vs. merek, tetapi Unilever vs. P&G dengan fokus memakan pelanggan pesaing.

Dengan tingkat penetrasi produk yang mendekati 100%, upaya menarik pelanggan baru yang belum pernah memakai sampo jelas bukan menjadi pilihan mudah. Hanya dengan meningkatkan frekuensi penggunaan dan merebut pelanggan pesaing, sebuah merek dapat bertahan hidup. Faktanya di lapangan malah sulit, karena hampir semua merek menawarkan varian yang tidak jauh berbeda. Penurunan harga akhirnya menjadi pilihan mujarab yang mewarnai kategori ini — mulai dari turun 6% bahkan sampai 25%. Dengan kondisi kategori yang telah jenuh, penurunan harga terbukti mampu meningkatkan volume penjualan yang cukup signifikan. Kondisi di kategori yang berdarah tapi manis ini akhirnya berpengaruh dalam perang head-to-head antarmerek. Yang menarik, meskipun di atas kertas Sunsilk lebih berhadapan dengan Rejoice, nyatanya Sunsilk dan Pantene perang habis-habisan dalam berbagai program pemasarannya. Sunsilk sebagai salah satu merek legendaris dengan cerdik meremajakan citranya dengan program Sunsilk Circle of Beauty.

Pada Unilever tergolong cukup menguasai industri ini karena dengan berbagai programnya cukup men-drive pasar. Hal ini dibuktikan dengan beberapa inovasi komunikasi yang dilakukan, antara lain Sunsilk Beauty Camp, Sunsilk Girls Day dan Sunsilk Class. Perlawanan Pantene lewat program anggun Cari Bintang Pantene merupakan pertanda bagaimana kedua merek ini berlomba menjadi pahlawan kecantikan para wanita Indonesia.

Menurut Sumardy, diakui atau tidak, terlalu lama menjadi raja sampo dengan harga yang terjangkau kalangan menengah-bawah justru membuat Sunsilk sering dipersepsikan sampo untuk kalangan ibu-ibu dan remaja tradisional sehingga memang kelihatan lebih head on dengan sunsilk. Berbeda dari Pantene yang awalnya dengan harga mahal cukup diasosiasi sebagai produk untuk wanita modern. Sunsilk Circle of Beauty merupakan salah satu upaya Unilever memosisikan Sunsilk ke semua segmen, tak terbatas usia. langkah ini merupakan salah satu wujud kepedulian Unilever terhadap konsumen Sunsilk, yang utamanya adalah wanita.


Namun, itu bukan satu-satunya iklan kreatif yang ditampilkan PT Unilever Indonesia, pemilik merek Sunsilk. Di televisi, belakangan kita bisa menyaksikan beberapa versi iklan Sunsilk yang tak kalah menarik.

Toh, langkah Unilever memborbardir pemirsa dengan iklan Sunsilk, bisa dibilang tak percuma. Buktinya, ketika publik ditanyakan iklan sampo apa yang paling diingat, sebagian besar menjawab iklan sampo Sunsilk. Hasil survei MARS-SWA menunjukkan, di lima besar, angka TOM ad Sunsilk paling tinggi, yakni 37,4, baru disusul Clear (23,7), Pantene (19,0), Lifebuoy (6,9), dan Rejoice (4,7). Bukan itu saja. Ketika orang ditanyakan merek sampo apa yang paling diingat, sebagian besar juga menjawab Sunsilk. Dari hasil survei terbaru tadi, skor TOM brand Sunsilk sebesar 36,0, lagi-lagi disusul secara konsisten oleh Clear (23,4), Pantene (17,9), Lifebuoy (6,8) dan Rejoice (6,0).

Wajar jika Unilever cukup jorjoran mengampanyekan produk-produk samponya. Tidak cuma Sunsilk, tapi juga Clear, dan yang relatif baru Lifebuoy. Pasalnya, pasar sampo di Tanah Air yang diperkirakan bernilai sekitar Rp 500 miliar setahun, jelas sangat sayang untuk diabaikan. Apalagi, seperti kata Debora H. Sadrach, Direktur Perawatan Personal Unilever, sukses Sunsilk menjadi pemimpin pasar merupakan buah perjalanan panjang Unilever merintis pasar sampo sejak 1952. Debora berani mengklaim, kini Unilever menguasai sekitar 50% dari total pasar sampo di Indonesia, dengan Sunsilk memberikan kontribusi sekitar 60%.

Dari hasil survei tadi, Sunsilk tampil sebagai jawara di kategori produk sampo dengan mencatat nilai total brand value (BV) tertinggi, yakni 207,23, disusul berturut-turut oleh Clear (135,45), Pantene (112,51), Lifebuoy (40,11), dan Rejoice (35,34). Sunsilk mencatat keunggulan dalam beberapa kriteria, yakni TOM brand (skor 36,10), TOM ad (37,32) dan brand share (34,63). Namun dari segisatisfaction, Sunsilk mencatat skor 89,6, di bawah Clear, Pantene, dan Rejoice. Malah di kriteria gainindex (GI), nilai Sunsilk paling rendah, yakni 13,8.

Bila menilik peringkat lima besar di kategori sampo ini, yang muncul memang dua nama besar di bisnistoiletries, yakni Unilever dan Procter & Gamble (P&G). Unilever punya merek-merek Sunsilk, Clear dan Lifebuoy. Adapun P&G mengandalkan Pantene, Rejoice, dan satu produk lagi yang sebenarnya lumayan berbunyi, Head & Shoulders. Diperkirakan, lebih dari 90% pasar sampo di Tanah Air dikuasai dua dedengkot toiletries ini. Dan, persaingan keduanya bukan hanya di Indonesia, tapi juga di pasar internasional. Yang jelas, kedua pemain ini tergolong rajin mempromosikan produk samponya.

Sunsilk, misalnya. Selain menampilkan iklan above the line lewat media televisi dengan berbagai tema, Unilever juga menggarap aktivitas below the line-nya. Salah satu event-nya yang tergolong besar dan serius adalah ajang pemilihan Gadis Tiara Sunsilk. Yang menarik, untuk lebih memperbesar jumlah pesertanya Unilever merasa perlu melakukan langkah jemput bola ke kampus dan mal-mal. Selain itu, juga ada iklan testimoni dari gadis-gadis pemenang pemilihan tahun sebelumnya.

Menurut Debora, karena Sunsilk sudah lama di pasar dan menjadi pemimpin pasar, strateginya sebenarnya lebih untuk memelihara merek dan konsumennya. Saat ini Sunsilk memiliki lima varian utuk memenuhi kebutuhan konsumennya. “Kami berusaha memuaskan konsumen dengan mengeluarkan berbagai varian. Tetapi, kami mematok 4-5 varian untuk Sunsilk agar tidak membingungkan konsumen. Yang jelas, kami terus melakukan inovasi berdasarkan consumers insight,” katanya.

Debora juga menyebutkan, kunci keberhasilan Sunsilk adalah kedekatannya dengan konsumen Indonesia, khususnya dari sisi personalitas wanita Indonesia. “Sunsilk sudah identik dengan wanita Indonesia. Kami mengupayakan brand tersebut berada di jalur itu,” katanya. Positioning seperti ini memang cukup terlihat dari serial iklannya yang merefleksikan kedekatan Sunsilk dengan konsumennya. Sayangnya, ia tidak bersedia menyebut anggaran promosi yang dikeluarkan untuk Sunsilk. Namun, secara umum ia memberi gambaran bahwa untuk setiap produk Unilever disiapkantotal support (anggaran) 18%-20%, dengan sekitar 15%-nya untuk aktivitas promosi dan iklan.

Memang, pertarungan keras antara Unilever dan P&G di kategori sampo belakangan juga diperpanas dengan munculnya subkategori sampo keluarga. Ini dimulai ketika P&G meluncurkan Rejoice Complete yang diposisikan sebagai sampo untuk keluarga pada April 2001. Hanya dalam waktu 6 bulan, Unilever meluncurkan sampo pesaingnya, yakni sampo Lifebuoy Hydro Protein. Untuk menancapkan brand awareness, Unilever gencar mempromosikan sampo Lifebuoy, baik melalui iklan di radio maupun televisi. Tahun 2001 misalnya, berdasarkan data AC Nielsen sampo Lifebuoy mengeluarkan belanja iklan sebesar Rp 36,68 miliar. “Sampo Lifebuoy kan umurnya relatif masih muda, sehingga diberikan investasi lebih, agar awareness-nya bagus,” ujar Debora.

Hasilnya lumayan terlihat. Sampo Lifebuoy yang dalam survei tahun lalu berada di bawah merek Rejoice (di peringkat lima), dalam survei kali ini berhasil naik ke peringkat empat dengan menggeser Rejoice. Tahun lalu sampo Lifebuoy berada diperingkat ke-5 dengan BV 15,32 di bawah Rejoice dengan BV 38,49. Adapun tahun ini dengan BV 38,5 sampo Lifebuoy berhasil menyingkirkan Rejoice yang BV-nya menurun dari 38,49 menjadi 34,0. “Tapi, masih terlalu dini untuk menilai keberhasilan sampo Lifebuoy,” kata Debora merendah.

Hasil survei untuk kategori sampo menarik dicermati, karena sebagai jawara tahun ini, skor satisfaction dan GI yang diperoleh Sunsilk lebih rendah dibanding merek sampo lainnya. Menurut Debora, skor satisfaction Sunsilk relatif lebih rendah, karena Sunsilk sudah terlalu lama di pasar. Karenanya, lanjut dia, bisa saja konsumen berpersepsi bahwa merek lain sebagai pendatang baru akan membawa sesuatu yang lebih modern, sehingga tingkat kepuasan yang akan diperoleh konsumen akan lebih tinggi.

Sunday, October 6, 2013

perkembangan kewirausahaan Indonesia dengan negara lain (softskill)


Pertumbuhan wirausaha merupakan salah satu indikasi dari membaiknya perkembangan sosial ekonomi suatu bangsa. Bahkan, tingkat daya saing sebuah negara dapat dilihat dari seberapa banyak jumlah wirausahanya.

"Jumlah wirausaha di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan jumlah wirausaha di negara luar. Jumlah wirausaha di Indonesia hanya sekitar 0,24 persen dari jumlah penduduk di Indonesia yang jsekitar 238 juta jiwa. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan dengan jumlah wirausaha di beberapa negara luar yang tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi. Jumlah wirausaha di luar negeri, seperti Amerika Serikat yang merupakan negara maju di dunia, mencapai sekitar 11 persen. Jumlah wirausaha di Singapura juga tinggi, mencapai 7 persen, dan di Malaysia mencapai 5 persen."



Peran kewirausahaan sangat diperlukan untuk pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Mengapa? Ada beberapa alasan mengapa kewirausahaan dikatakan sebagai faktor yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Yang pertama, kewirausahaan dapat membuka lapangan kerja di Indonesia. Menurut data dari BKD (Badan Kepegawaian Daerah), jumlah pegawai saat ini sekitar 7.663.570 orang yang terdiri dari PNS 4.700.000 orang, guru dan dosen sekitar 2.000.000, TNI sekitar 464.000, Polri sekitar 412.000. Seperti yang kita ketahui saat ini  pertumbuhan penduduk setiap tahunnya melonjak meningkat dan lapangan kerja yang sedikit menyebabkan banyaknya pengangguran di Indonesia. Selain itu Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) semakin berkurang juga makin membuat melarat rakyat Indonesia. Sehingga pengangguran di Indonesia setiap tahunnya semakin bertambah pada tahun jumblahnya hampir 8,32 juta orang atau 7,14%. Penduduk Indonesia sekarang berjumblah 237,8 juta orang, adapun angkatan kerja sebanyak 1165 juta orang. Artinya orang yang bekerja berjumlah 108,2 juta. Sisanya yang belum bekerja sekitar 8,32 juta orang, itulah pengangguran. Dengan banyaknya pengangguran di Indonesia, maka tingkat kriminalitas akan meningkat. Karena semua orang ingin bertahan hidup. Jangankan pengangguran yang tidak mempunyai pekerjaan atau belum mendapat pekerjaan, bahkan pejabat-pejabat tinggi yang kita ketahui sudah mempunyai kursi yang layak, fasilitas serta gaji yang mencukupi, masih bisa melakukan tindak kriminal seperti tindak pidana pencurian yuang negara atau korupsi yang sangat amat merugikan uang negara. Karena masalah-masalah tersebut diatas dan ada batas penerimaan pegawai negri, maka sumber potensi yang bisa mengurangi pengangguran adalah menjadi profesional di berbagai organisasi dan perusahaan swasta. Misalnya di sektor pertanian, industri, bidang jasa. Ruang lain yang terbuka bagi penganggur adalah menjadi pekerja pembangunan infrastruktur jalan, bandara, pelabuhan, perumahan, pembangkit listrik. Potensi terakhir dan sangat membantu menyerap tenaga kerja baru adalah wirausaha. Maka di butuhkanlah adanya seorang wirausahawan, dengan adanya 1 wirausahawan di Indonesia maka akan mengurangi sedikit dari 8,32 juta orang itu bagaimana jika tenaga kerja swasta atau wirausaha dan tenaga kerja negri bisa seimbang tidak heran jika suatu saat Indonesia dapat mengatasi masalah pengangguran di negaranya.
Kewirausahaan juga memiliki peranan penting untuk menjadikan masyarakat lebih kreatif dan mandiri. Di Indonesia sendiri jumlah wirausahawan adalah sebesar 19,3% dari jumlah total penduduk dewasa. Dengan adanya kewirausahaan masyarakat dapat mempunyai kemampuan untuk  menciptakan dan menyediakan produk yang bernilai tambah atau inovasi-inovasi yang baru sehingga dapat menjadikan masyarakat lebih kreatif dalam menyampaikan ide-ide dan kreasinya, mereka bisa menciptakan barang yang dirasa perlu dan penting untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri sehingga tidak perlu menimpor dari luar negeri. 

Pemerintah Indonesia melihat upaya-upaya pengembangan SDM ini mampu menekan jumlah pengangguran dan kemiskinan. Bibit-bibit wirausaha ini mendorong terciptanya sumber-sumber pekerjaan baru.

Setelah itu, pemerintah mulai giat juga mendorong pertumbuhan kewirausahaan khususnya melalui program-program yang dibuat oleh kementrian Koperasi dan UKM.
Belakangan ini, pembahasan mengenai kewirausahaan makin marak terutama karena banyak wirausaha-wirausaha sukses ikut berusaha untuk berpartisipasi dalam bentuk pendidikan maupun mentoring langsung ke calon wirausaha. Bisa diperhatikan kiprah dari Ciputra, Bob Sadino, Sandiaga Uno, dan lainnya yang memang sudah terkenal dalam keberhasilannya membangun bisnis.
Kemajuan Internet dan terbentuknya komunitas-komunitas wirausaha juga turut memberikan dampak pada perkembangan kewirausahaan di Indonesia. Komunitas seperti Tangan di Atas (TDA), Indonesia Young Entrepreneur (IYE), atau komunitas yang terbentuk dari Forum Internet seperti Kaskus Entrepreneur Corner (EC) serta komunitas wirausaha dengan industri spesifik misalkan Forum Web Anak Bandung (FOWAB) yang merupakan wadah kumpul-kumpul pelaku IT.

Peran media dan lembaga-lembaga terkait pun tak kalah penting. Kerjasama media dalam kegiatan-kegiatan penghargaan, ekspo, pameran bagi wirausaha membuat topik ini menjadi selalu hangat sepanjang tahun. Perusahaan Konsultan Manajemen sekelas Earns & Young (EY) misalnya setiap tahun selalu memberikan penghargaan EY Entrepreneurs of The Year kepada wirausaha yang dinilai berhasil dalam bidangnya. Ditambah lagi dengan beragam penghargaan lain yang diberikan baik oleh pemerintah secara langsung memberikan daya ungkit yang terus mengangkat kemajuan kewirausahaan di Indonesia. (AA)


Sumber: